Selasa, 30 Oktober 2012

Nasehat Ayah..


Pada suatu pagi, seorang anak datang kepada ayahnya yg sedang beristirahat.“Ayah, ayah” kata sang anak…
"Ada apa?" tanya sang ayah…..
"saya capek ayah, capek , capek sekali … saya capek karena saya harus belajar mati matian untuk mendapat hasil yang baik sedangkan kawanku senang dapat hasil yang cemarlang dengan hanya mencontek saja.. saya capek .. capek ..!" 
"saya capek karena saya harus membantu ibu membersihkan rumah, sedangkan kawanku punya pembantu rumah, saya ingin kita juga perlu ada pembantu rumah juga.. saya capek, capek !.."
"saya capek karena saya harus menabung duit setiap hari jika ingin sesuatu, sedangkan kawanku mudah beli apa saja tanpa perlu menabung setiap hari..."
"saya capek ayah, sangat capek karena harus menjaga lisanku agar tidak menyakiti hati siapa pun, tapi kawan-kawanku senang saja menghina apa dengan berbagai kata.. saya capek.. capek!.."
"saya capek, sangat capek karena saya harus menjaga sikap agar menghormati orang lain, sedangkan kawanku semua mudah saja mengejek aku dihadapan orang ramai tanpa perasaan bersalah pun..saya malu ayah..saya sudah capek..sudah capek berbuat baik..." kata-kata anaknya itu menampakkan dirinya merasa sedih..
Kemudian si ayah hanya tersenyum dan mengurut kepala anaknya yang berusia 7 tahun itu sambil berkata: "anakku,mari ikut ayah ,ayah akan tunjukkan sesuatu...". Lalu si ayah menarik tangan anaknya kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat becek, banyak duri, serangga, nyamuk, lumpur, dan unggas… lalu si anak pun mulai mengeluh ” ayah akan dibawa kemana saya ini?? saya tidak suka jalan ini, lihat sepatu saya sudah kotor, kaki saya sudah luka kena duri, badan saya di gigit nyamuk, dan berjalan pun susah ayah.. saya tidak suka jalan ini..." si ayah hanya berdiam diri.
Dalam beberapa menit, mereka pun telah sampai ke sebuah telaga yang cantik, airnya yang segar dan dingin, ada beberapa kupu-kupu beterbangan, dan pepohonan yang rindang yang menyejukkan mata yang memandang.
“Wwaaaah… !!! tempat apa ini ayah? saya suka! saya suka ayah.. saya suka tempat ini!” Si ayah masih diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rumput hijau..
“sini anakku, mari dekat dengan ayah ” ujar si ayah, lalu si anak pun ikut duduk di samping ayahnya.
” Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah…?”
” Tidak tahu ayah, kenapa ya.?”
” Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tahu ada telaga di sini, tetapi mereka tidak mau bersabar dalam menyusuri jalan itu”
” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah? Alhamdulillah”
” a'aa.., akhirnya kau mengerti”
” Mengerti apa? saya tidak mengerti apa-apa pun.”
” Anakku, kita mesti sabar dalam belajar, kita mesti sabar dalam bersikap baik, kita mesti sabar dalam kujujuran, kita mesti sabar dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi… bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar menghadapi nyamuk dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga… dan akhirnya semuanya 'TERBAYAR' kan? ada telaga yang sangatt indah.. seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat????? kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh kerana itu ber'sabar'lah anakku...”
” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar ”
” Aku tahu, oleh kerana itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat … begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa membantumu, tapi… ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa membantumu saat kau jatuh, suatu hari nanti, kau harus bisa berdiri sendiri… maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri… seorang pemuda muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqamah karena ia tahu Allah swt ada di sampingnya… maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang… maka kau tahu juga akhirnya kan?”
” Ya ayah, saya tau.. saya akan dapat Syurga yang indah yang lebih indah dari telaga ini … sekarang saya mengerti … terima kasih ayah.. ”
Si ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya dengan seribu kepuasan...

Minggu, 28 Oktober 2012

Kisah Sukses Pak Tarno Dari Cikarang


MASTER BEBEK, WARALABA MENGGIURKAN DARI CIKARANG


Gemar berwisata kuliner? Rasanya belum lengkap jika lidah Anda tak bergoyang melahap suguhan Master Bebek. Dari kota Cikarang, Bekasi, usaha milik Sutarno – biasa disapa Mas Tarno itu, siap memenuhi hasrat menyantap citarasa bebek yang belum pernah ditemukan dimana pun di seantero tanah air. Seperti apa?
Kota Cikarang tak salah jika dijuluki sebagai salah satu kota kulinernya Indonesia. Banyak kreasi kuliner penggugah selera muncul di kota yang masih menjadi bagian dari kabupaten Bekasi itu. Salah satu kuliner yang tengah menjadi buah bibir di sana adalah santapan berbahan baku bebek di jejaring resto berlabel Master Bebek.
Adalah Sutarno, itulah pria yang berhasil menyedot perhatian para pemburu kuliner di kota itu – bahkan berdatangan dari luar Cikarang seperti Bekasi dan Jakarta. Setelah resign sebagai karyawan di salah satu perusahaan otomotif terbesar Indonesia, pria ini membuka Master Bebek awal Januari 2012 silam di Jalan Sukaresmi, samping pegadaian, Cikarang.
Sejak dibuka pertama kali, berbagai santapan bebek yang disuguhakannya  selalu ludes dipesan para pengunjungnya. “Padahal waktu itu gerainya masih belum bagus,” tukas Mas Tarno, begitu ia biasa disapa teman-teman dekatnya. Master Bebek akhirnya melambung menjadi  restoran bebek pendatang baru terfavorit di kota itu.
Besarnya animo masyarakat akan suguhan Master Bebek, ia pun berpikir bagaimana agar permintaan yang kian tinggi ini perlahan bisa terpenuhi. Akhirnya, ia pun membuka dua cabang milik sendiri. Diantaranya tak jauh dari Sentra Grosir Cikarang serta di bilangan Kp. Kukun.
Peluang menoreh laba yang demikian legit, akhirnya tersiar ke kota-kota di luar  Cikarang. Itulah sebabnya, tak sedikit yang meminta usahanya difranchisekan. Gayung pun bersambut, setelah berpikir matang Mas Tarno akhirnya mewaralabakan Master Bebek.
Alhasil, belum genab setahun, kini ia telah memiliki satu gerai mitra yang berlokasi di Komplek Taman Harmoni Pondok Cabe Udik, Pamulang. Permintaan menjadi mitranya terus berdatangan dari seantero nusantara.
Agar menjadi mitra Master Bebek, Mas Tarno mengimbuhkan, untuk paket booth mitra hanya menyiapkan modal sebesar Rp 15 juta. “Kita berikan alat-alat, gerobak, freezer, alat-alat masak,” ujarnya. Kerjasama ia tetapkan selama 3 tahun tanpa royalty fee. Pendampingan pun dilakukan sampai mitra benar-benar bisa menjalankan usahanya sendiri.
“Dia (mitra red.) juga hanya menambah Rp 2,5 juta setelah tahun ke tiga untuk hak menggunakan merek Master Bebek,” tukasnya. Tetapi, untuk bahan baku dan bumbu rahasianya, ia sendiri yang pasok kepada setiap mitranya.
“Yang paling utama sih bumbu, harus dari kami,” imbuhnya. Tetapi untuk bahan baku yang lain, jika di tempat mitra ada yang jauh lebih murah ia tak keberatan jika mitranya  membeli di tempat lain.
Selain tawaran dalam bentuk booth, paket waralaba lainnya ia tawarkan dalam bentuk mini resto dengan total investasi mitra sebesar Rp 75 juta. “Kita siapkan seperti alat-alat, standarisasi makanan dan tampilan,” imbuhnya seraya   menunjukkan contoh tampilan mini resto Master Bebek yang berlokasi tak jauh dari Sentra Grosir Cikarang.
Menurutnya, potensi keuntungan menjadi mitra Master Bebek sangatlah besar. Pasalnya, sudah terbukti menguntungkan serta memiliki keunggulan dari sisi citarasa. “Citarasa yang bisa mengikat pengunjung datang kembali,” ujarnya. Tak seperti Retoran bebek lainnya yang hanya namanya saja membuat pensaran, tetapi saat rasanya dicoba membuat pengunjungya lari.
Info Lebih Lanjut Hubungi:
Master Bebek
Perum Villa Mutiara Cikarang, Blok H14 No 14 Cikarang
Info kemitraan, Hubungi Ibu Ita
Hp: 0888 9211 229

Minggu, 14 Oktober 2012

Man Jadda Wajadda


Mungkin anda bertanya-tanya arti ungkapan ini. Ungkapan ini banyak sekali dikenal di kalangan pesantren. “Man Jadda WaJadda” yang artinya “Barangsiapa bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan hasil, ”-where there is a will there is a way !” , juga terkenal di masyarakat kita pepatah “Dimana ada kemauan, pasti disitu ada Jalan “. Tidak ada hal yang sulit jika kita mau berusaha dengan kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas, yang penting ada kemauan dan ada kesungguhan serta gunakan logika serta ilmu pengetahuan sesuai kapasitas kita masing masing yang telah Allah Ta’ala karuniakan. Setiap manusia punya potensi untuk tumbuh dan berkembang, jadi bukan hanya sekedar tumbuh semata, melainkan harus berkembang. Allah sudah berikan modal dasar berupa otak dan akal yang lebih baik dibandingkan dengan mahluk lainnya di muka bumi ini. Jadi sangatlah keliru jika kita beranggapan bahwa nasib tidak bisa diubah. Nasib kita itu kita sendirilah yang menentukan, sebagaimana yang telah di firmankan oleh Allah dalam kitab suci Al-Quran bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu sendiri yang mengubah nasib atau keadaan yang ada pada dirinya (QS Ar-Ra’d 11). Kalau sekarang kita menyaksikan arus globalisasi yang menggunakan cara-cara kapitalis-liberal dalam menggapai rezeki Illahi, maka akibatnya bisa kita rasakan sangatlah buruk. Memang disatu sisi tampaknya kondisi sosial ekonomi masyarakat tenang saja, akan tetapi jangan salah, selama bertahun-tahun kita telah dibuai oleh nilai-nilai yang ternyata jauh dari ayat-ayat Allah. Tengok saja dewasa ini terjadi penumpukan modal di segelintir anggota masyarakat. Uang terkonsentrasi di kelompok mereka yang menggunakan cara-cara tidak terpuji:  korupsi, kolusi, manipulasi, kongkalikong, jalan pintas membeli jabatan dengan suap atau serangan fajar dalam Pemilu atau Pilkada serta beragam kelicikan lainnya. Sementara semakin banyak kelompok miskin yang terseok-seok mencari kehidupan akibat sistem yang salah kaprah, seperti pameo “Yang kaya semakin kaya yang miskin bertambah miskin “. Kapitalisme liberalistik mengajarkan rangkaian kompetisi yang tidak sehat, tidak fair dan tidak transparan !. Sementara konsep yang dielaborasi dari nilai-nilai islam merupakan konsep ideal yang bisa diterapkan secara mudah, tidak berliku-liku dan sangat faktual berlaku dalam kehidupan masyarakat di masa kini maupun di masa-masa mendatang. Islam memberikan kiat berlomba-lomba dalam kebaikan (Fastabiqul khairat - common virtues). Terminologinya jelas “Berlomba-lomba”artinya saling bahu-membahu (hand in hand, bersinergi). Dalam berupaya menggapai rezeki dan atau mencapai sesuatu tujuan yang baik, yakin bahwa pencapaian harus dilakukan melalui sebuah jaringan, sebuah network atau Jam’iyah, bukan dengan jalan sendiri-sendiri alias individualistik. Keberhasilan pencapaian juga diarahkan kepada pemerataan kapital berdasarkan asas keadilan, bukan penimbunan yang mengundang keserakahan (seperti yang diterapkan ekonomi kapitalis) bukan pula asas “sama rata sama rasa” yang ditawarkan oleh konsep ekonomi komunis. Kita lihat saja dalam ekonomi kapitalis justru hal yang sebaliknya sangat jauh dari nilai-nilai Islam malah dilegalkan seperti : bersaing secara tidak wajar-menciptakan aneka penghambat (barrier to entry) dalam mekanisme dagang, tujuan menang-menangan, berkompetisi secara tidak sehat, yang akhirnya akan melahirkan mental-mental manusia serakah (greedy), saling menjegal, saling meniadakan bahkan saling membunuh dalam ranah persaingan menggapai rezeki, parahnya hal tersebut kini malah dianggap lumrah, wajar karena telah diterima oleh banyak kalangan masyarakat.
Bagi kita yang kini telah terlanjur tenggelam dalam arus modernisasi, arus ekonomi neo liberal dengan segala manifestasinya, saatnya kini berada di simpang jalan, ada pilihan-pilihan buruk ada pula pilihan terbaik, ada kesempatan memilah dan memilih yang terbaik, dan ini semuanya tergantung niat kita memperjuangkan keberdayaan kita sebagai umat manusia, sebagai hamba Allah yang patuh dan taat terhadap segala perintahNYA. Memang pilihan ini memerlukan perjuangan serius untuk berubah, bukan langkah setengah-setengah, bukan pula dengan keragu-raguan. Sebagaimana ummat Islam yang diharuskan oleh Allah untuk masuk kedalam ajaran Islam secara keseluruhan (kaffah). Konsep ideal menjemput rezeki bukanlah sesuatu yang sulit digapai, persoalannya terpulang kepada niat serta kesungguhan hati untuk memperjuangkan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Jadi kita tak perlu pesimis, miris atau tidak yakin dengan upaya kita melakukan reposisi di segala bidang, khususnya menjemput rezeki. Apabila tata nilai yang berlaku saat ini sangat jauh dari aturan Allah, maka hendaknya kita bisa mengubahnya dengan sebuah proses “pemupukan” idealisme yang terus menerus. Sehingga bukan pada tempatnya lagi kita berfikir pragmatis sekedar uang dan hidup, akan tetapi memandang jauh kedepan dengan misi-misi yang lebih baik. Ada ungkapan yang terkenal sebagai pernyataan seorang Umar Bin Khattab ra yg idealis, semestinya menjadi inspirasi kita semua yaitu :“Jika ada 1000 orang yang membela kebenaran, aku salah seorang diantaranya. Jika ada 100 orang yang membela kebenaran, aku berada diantaranya. Jika ada 10 orang pembela kebenaran, aku tetap ada di barisan itu. Dan jika hanya ada 1 orang yang tetap membela kebenaran, maka akulah orangnya !.”
Janganlah argumentasi dan perjuangan kita di rel yang benar (on the right track) dapat dengan mudah dipatahkan hanya karena alasan pragmatis dan jargon realistis, itu bukanlah mental seorang pejuang !. Karena itu tanamkan terus pola pikir (mindset) serta mental seorang pejuang kedalam implementasi menggapai rezeki atau ikhtiar apapun yang positif, jangan mudah menyerah terhadap keadaan. Ingat, Pelaut ulung tidak lahir dari gelombang laut yang tenang. Hanya mereka yang berani menentang arus, yang akan menemukan jernihnya mata air !…
Wallahua'lam..

Sabtu, 13 Oktober 2012

Letak Kebahagiaan


    John C Maxwell suatu ketika pernah didapuk menjadi seorang pembicara di sebuah seminar bersama istrinya. Ia dan istrinya, Margaret, diminta menjadi pembicara pada beberapa sesi secara terpisah. Ketika Maxwell sedang menjadi pembicara, istrinya selalu duduk di barisan terdepan dan mendengarkan seminar suaminya. Sebaliknya, ketika Margaret sedang menjadi pembicara di salah satu sesi, suaminya selalu menemaninya dari bangku paling depan.
    Ceritanya, suatu ketika sang istri, Margaret, sedang menjadi pembicara di salah satu sesi seminar tentang kebahagiaan. Seperti biasa, Maxwell duduk di bangku paling depan dan mendengarkan. Dan di akhir sesi, semua pengunjung bertepuk tangan. Yang namanya seminar selalu ada interaksi dua arah dari peserta seminar juga kan? (Kalau satu arah mah namanya khotbah :)
    Di sesi tanya jawab itu, setelah beberapa pertanyaan, seorang ibu mengacungkan tangannya untuk bertanya. Ketika diberikan kesempatan, pertanyaan ibu itu seperti ini, "Miss Margaret, apakah suami Anda membuat Anda bahagia?"
    Seluruh ruangan langsung terdiam. Satu pertanyaan yang bagus. Dan semua peserta penasaran menunggu jawaban Margaret. Margaret tampak berpikir beberapa saat dan kemudian menjawab, "Tidak."
    Seluruh ruangan langsung terkejut. "Tidak," katanya sekali lagi, "John Maxwell tidak bisa membuatku bahagia."
    Seisi ruangan langsung menoleh ke arah Maxwell. (Kebayang ga malunya Maxwell saat itu.) Dan Maxwell juga menoleh-noleh mencari pintu keluar. Rasanya ingin cepat-cepat keluar. Malu ui!
    Kemudian, lanjut Margaret, "John Maxwell adalah seorang suami yang sangat baik. Ia tidak pernah berjudi, mabuk-mabukan, main serong. Ia setia, selalu memenuhi kebutuhan saya, baik jasmani maupun rohani. Tapi, tetap dia tidak bisa membuatku bahagia."
    Tiba-tiba ada suara bertanya, "Mengapa?"
    "Karena," jawabnya, "tidak ada seorang pun di dunia ini yang bertanggung jawab atas kebahagiaanku selain diriku sendiri."
    Dengan kata lain, maksud dari Margaret adalah, tidak ada orang lain yang bisa membuatmu bahagia. Baik itu pasangan hidupmu, sahabatmu, uangmu, hobimu. Semua itu tidak bisa membuatmu bahagia. Karena yang bisa membuat dirimu bahagia adalah dirimu sendiri.
    Kamu bertanggung jawab atas dirimu sendiri. Kalau kamu sering merasa berkecukupan, tidak pernah punya perasaan minder, selalu percaya diri, kamu tidak akan merasa sedih. Sesungguhnya pola pikir kita yang menentukan apakah kita bahagia atau tidak, bukan faktor luar.
    Bahagia atau tidaknya hidupmu bukan ditentukan oleh seberapa kaya dirimu, seberapa cantik istrimu, atau sesukses apa hidupmu. Ini masalah pilihan: apakah kamu memilih untuk bahagia atau tidak.

Ayah, Anak dan Burung Gagak


    Pada suatu sore seorang ayah bersama anaknya yang baru saja menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka.
    Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pohon. Si ayah lalu menunjuk ke arah gagak sambil bertanya, "Nak, apakah benda tersebut?"
    "Burung gagak", jawab si anak.
    Si ayah mengangguk-angguk, namun beberapa saat kemudian mengulangi lagi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi lalu menjawab dengan sedikit keras, "Itu burung gagak ayah!"
    Tetapi sejenak kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama. Si anak merasa agak marah dengan pertanyaan yang sama dan diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih keras, "BURUNG GAGAK!!"
    Si ayah terdiam seketika. Namun tidak lama kemudian sekali lagi mengajukan pertanyaan yang sama sehingga membuatkan si anak kehilangan kesabaran dan menjawab dengan nada yang ogah-ogahan menjawab pertanyaan si ayah, "Gagak ayah.......".
    Tetapi kembali mengejutkan si anak, beberapa saat kemudian si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanyakan pertanyaan yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar kehilangan kesabaran dan menjadi marah. "Ayah!!! saya tidak mengerti ayah mengerti atau tidak. Tapi sudah lima kali ayah menanyakan pertanyaan tersebut dan sayapun sudah memberikan jawabannya.
    Apakah yang ayah ingin saya katakan???? Itu burung gagak, burung gagak ayah.....", kata si anak dengan nada yang begitu marah.
    Si ayah kemudian bangkit menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang terheran-heran. Sebentar kemudian si ayah keluar lagi dengan membawa sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih marah dan bertanya-tanya. Ternyata benda tersebut sebuah diari lama.
    "Coba kau baca apa yang pernah ayah tulis di dalam diari itu", pinta si ayah.
    Si anak taat dan membaca bagian yang berikut..........
    "Hari ini aku di halaman bersama anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya, "Ayah, apakah itu?". Dan aku menjawab, "Burung gagak". Walau bagaimana pun, anak ku terus bertanya pertanyaan yang sama dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sampai 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa cinta dan sayang aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap bahwa hal tersebut menjadi suatu pendidikan yang berharga."
    Setelah selesai membaca bagian tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si ayah yang kelihatan sayu. Si ayah dengan perlahan bersuara, " Hari ini ayah baru menanyakan kepadamu pertanyaan yang sama sebanyak lima kali, dan kau telah kehilangan kesabaran dan marah."

    dari sumber

Rabu, 10 Oktober 2012

Mati atau Transformasi


Elang merupakan jenis unggas yg mempunyai umur paling panjang di dunia, dpt mencapai 70 thn. Tapi utk mencapai umur itu seekor elang hrs membuat keputusan besar pd umurnya yang ke 40.

Saat umur 40 thn, cakarnya mulai menua, paruh menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dada. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal, sehingga menyulitkan saat terbang.

Saat itu, ia hanya mempunyai 2 pilihan: Menunggu kematian atau menjalani proses transformasi yg menyakitkan selama 150 hari.

Saat melakukan transformasi itu, ia harus berusaha keras terbang ke atas puncak gunung utk kemudian membuat sarang di tepi jurang, berhenti dan tinggal di sana selama proses berlangsung.

Pertama, ia harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dari mulutnya, dan kemudian menunggu tumbuhnya paruh baru. Dengan paruh yg baru tumbuh itu, ia harus mencabut satu persatu cakar-cakarnya dan ketika cakar yg baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu. Suatu proses yg panjang dan menyakitkan.

5 bulan kemudian, bulu2 yang baru baru tumbuh sempurna. Ia mulai dapat terbang kembali.

Dengan paruh dan cakar baru, ia mulai menjalani 30 tahun kehidupan barunya dengan penuh energi..!

Dalam kehidupan, kadang kita juga harus melakukan suatu keputusan yg BESAR untuk memulai sesuatu proses PEMBARUAN.

Berani membuang kebiasaan2 lama yg mengikat dan melekat kuat, meskipun itu adalah sesuatu yg menyenangkan dan membuat kita terlena.

Hanya bila kita bersedia melepaskan beban lama, membuka diri untuk belajar hal2 baru, kita mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan kita yg terpendam, mengasah keahlian kita sepenuhnya dan menatap masa depan dengan penuh keyakinan.!!

Tantangan terbesar untuk berubah ada di dalam diri sendiri...semoga ada manfaatnya, barakallah fiikum.

Senin, 08 Oktober 2012

Jangan berkata "TIDAK"


Alkisah, seorang pembuat jam tangan tengah berkata kepada jam yang sedang dibuatnya.
“Wahai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?”, tanya tukang jam.
“Ha?,” kata jam terperanjat, “Sebanyak itu? Mana sanggup saya?”, jam pun menjawab demikian.
“Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?” tanya si tukang jam.
“Delapan puluh enam ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?” jawab jam penuh keraguan.
Ya sudah, “Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?”
“Dalam satu jam harus berdetak 3,600 kali? Banyak sekali itu!”. Tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya.
Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada si jam.
“Kalau begitu, Sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?”
“Satu kali dalam satu detik? Ah..kalau ini mah ringan. Kalau begitu, aku sanggup!” kata jam dengan penuh antusias.
Si tukang jam pun tersenyum dan segera merampungkan jam tersebut. Maka, setelah selesai dibuat jam itu pun berdetak satu kali dalam setiap detiknya. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali!
……………………..
Terkadang kita tidak percaya dengan kemampuan kita sendiri. Sering kita berkata, “tidak mungkin aku bisa melakukannya”. Tapi secara tidak sadar ternyata kita bisa melaluinya setahap demi setahap. Bukankah itu merupakan sesuatu hal yang luar biasa jika kita bisa melaluinya secara bertahap?
Maka dari itu segera ubah cara berpikir anda terhadap kemampuan diri sendiri. Tidak ada pekerjaan atau bahkan sesuatu yang mustahil jika kita mau melaluinya secara bertahap.
Jangan berkata “tidak” sebelum Anda mencobanya.