Pada suatu pagi, seorang anak datang
kepada ayahnya yg sedang beristirahat.“Ayah, ayah” kata sang anak…
"Ada apa?" tanya sang ayah…..
"saya capek ayah, capek , capek sekali … saya capek karena saya harus belajar mati matian untuk mendapat hasil yang baik sedangkan kawanku senang dapat hasil yang cemarlang dengan hanya mencontek saja.. saya capek .. capek ..!"
"saya capek karena saya harus membantu ibu membersihkan rumah, sedangkan kawanku punya pembantu rumah, saya ingin kita juga perlu ada pembantu rumah juga.. saya capek, capek !.."
"saya capek karena saya harus menabung duit setiap hari jika ingin sesuatu, sedangkan kawanku mudah beli apa saja tanpa perlu menabung setiap hari..."
"saya capek ayah, capek , capek sekali … saya capek karena saya harus belajar mati matian untuk mendapat hasil yang baik sedangkan kawanku senang dapat hasil yang cemarlang dengan hanya mencontek saja.. saya capek .. capek ..!"
"saya capek karena saya harus membantu ibu membersihkan rumah, sedangkan kawanku punya pembantu rumah, saya ingin kita juga perlu ada pembantu rumah juga.. saya capek, capek !.."
"saya capek karena saya harus menabung duit setiap hari jika ingin sesuatu, sedangkan kawanku mudah beli apa saja tanpa perlu menabung setiap hari..."
"saya capek ayah, sangat capek
karena harus menjaga lisanku agar tidak menyakiti hati siapa pun, tapi
kawan-kawanku senang saja menghina apa dengan berbagai kata.. saya capek..
capek!.."
"saya capek, sangat capek karena saya harus menjaga sikap agar menghormati orang lain, sedangkan kawanku semua mudah saja mengejek aku dihadapan orang ramai tanpa perasaan bersalah pun..saya malu ayah..saya sudah capek..sudah capek berbuat baik..." kata-kata anaknya itu menampakkan dirinya merasa sedih..
Kemudian si ayah hanya tersenyum dan mengurut kepala anaknya yang berusia 7 tahun itu sambil berkata: "anakku,mari ikut ayah ,ayah akan tunjukkan sesuatu...". Lalu si ayah menarik tangan anaknya kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat becek, banyak duri, serangga, nyamuk, lumpur, dan unggas… lalu si anak pun mulai mengeluh ” ayah akan dibawa kemana saya ini?? saya tidak suka jalan ini, lihat sepatu saya sudah kotor, kaki saya sudah luka kena duri, badan saya di gigit nyamuk, dan berjalan pun susah ayah.. saya tidak suka jalan ini..." si ayah hanya berdiam diri.
"saya capek, sangat capek karena saya harus menjaga sikap agar menghormati orang lain, sedangkan kawanku semua mudah saja mengejek aku dihadapan orang ramai tanpa perasaan bersalah pun..saya malu ayah..saya sudah capek..sudah capek berbuat baik..." kata-kata anaknya itu menampakkan dirinya merasa sedih..
Kemudian si ayah hanya tersenyum dan mengurut kepala anaknya yang berusia 7 tahun itu sambil berkata: "anakku,mari ikut ayah ,ayah akan tunjukkan sesuatu...". Lalu si ayah menarik tangan anaknya kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat becek, banyak duri, serangga, nyamuk, lumpur, dan unggas… lalu si anak pun mulai mengeluh ” ayah akan dibawa kemana saya ini?? saya tidak suka jalan ini, lihat sepatu saya sudah kotor, kaki saya sudah luka kena duri, badan saya di gigit nyamuk, dan berjalan pun susah ayah.. saya tidak suka jalan ini..." si ayah hanya berdiam diri.
Dalam beberapa menit, mereka pun telah
sampai ke sebuah telaga yang cantik, airnya yang segar dan dingin, ada beberapa
kupu-kupu beterbangan, dan pepohonan yang rindang yang menyejukkan mata yang
memandang.
“Wwaaaah… !!! tempat apa ini ayah? saya suka! saya suka ayah.. saya suka tempat ini!” Si ayah masih diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rumput hijau..
“sini anakku, mari dekat dengan ayah ” ujar si ayah, lalu si anak pun ikut duduk di samping ayahnya.
” Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah…?”
” Tidak tahu ayah, kenapa ya.?”
” Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tahu ada telaga di sini, tetapi mereka tidak mau bersabar dalam menyusuri jalan itu”
” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah? Alhamdulillah”
” a'aa.., akhirnya kau mengerti”
” Mengerti apa? saya tidak mengerti apa-apa pun.”
” Anakku, kita mesti sabar dalam belajar, kita mesti sabar dalam bersikap baik, kita mesti sabar dalam kujujuran, kita mesti sabar dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi… bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar menghadapi nyamuk dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga… dan akhirnya semuanya 'TERBAYAR' kan? ada telaga yang sangatt indah.. seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat????? kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh kerana itu ber'sabar'lah anakku...”
“Wwaaaah… !!! tempat apa ini ayah? saya suka! saya suka ayah.. saya suka tempat ini!” Si ayah masih diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rumput hijau..
“sini anakku, mari dekat dengan ayah ” ujar si ayah, lalu si anak pun ikut duduk di samping ayahnya.
” Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah…?”
” Tidak tahu ayah, kenapa ya.?”
” Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tahu ada telaga di sini, tetapi mereka tidak mau bersabar dalam menyusuri jalan itu”
” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah? Alhamdulillah”
” a'aa.., akhirnya kau mengerti”
” Mengerti apa? saya tidak mengerti apa-apa pun.”
” Anakku, kita mesti sabar dalam belajar, kita mesti sabar dalam bersikap baik, kita mesti sabar dalam kujujuran, kita mesti sabar dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi… bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar menghadapi nyamuk dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga… dan akhirnya semuanya 'TERBAYAR' kan? ada telaga yang sangatt indah.. seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat????? kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh kerana itu ber'sabar'lah anakku...”
” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar ”
” Aku tahu, oleh kerana itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat … begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa membantumu, tapi… ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa membantumu saat kau jatuh, suatu hari nanti, kau harus bisa berdiri sendiri… maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri… seorang pemuda muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqamah karena ia tahu Allah swt ada di sampingnya… maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang… maka kau tahu juga akhirnya kan?”
” Aku tahu, oleh kerana itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat … begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa membantumu, tapi… ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa membantumu saat kau jatuh, suatu hari nanti, kau harus bisa berdiri sendiri… maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri… seorang pemuda muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqamah karena ia tahu Allah swt ada di sampingnya… maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang… maka kau tahu juga akhirnya kan?”
” Ya ayah, saya tau.. saya akan dapat
Syurga yang indah yang lebih indah dari telaga ini … sekarang saya mengerti …
terima kasih ayah.. ”
Si ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya dengan seribu kepuasan...
Si ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya dengan seribu kepuasan...